Rabu, 11 April 2018

Mempertanyakan kehalalan sebuah warung makan di mal jakarta


Seorang teman, sebut saja namanya Daniel radcliffe ingin makan siang di sebuah mal. namun ia ragu apakah restauran yang akan dimasukinya tersebut sudah mempunyai sertifikat halal yang diterbitkan sebuah lembaga di negeri ini.


Bagi umat muslim, memang sangat diajarkan untuk dan hanya memakan makanan-makanan yang halal dan baik. tak perlu apakah makanan atau tempat makan itu sudah mengurus sertifikasi halal atau belum. namun menurutku tindakan teman yang selalu curiga, kritis dan mempertanyakan tentang kehalalan sebuah warung di mal itu berlebihan dan tidak adil.

Kenapa dia hanya mempertanyakan kehalalan hanya pada sebuah warung yang ada di mal. bukankah ada sejuta warung lainnya di kaki lima, di dekat kostan di kantin, di food court dan ditempat lainnya? apa alasannya dia mengkritisi dan mencurigai? karena warung di mal tersebut beromzet besar dan berskala industri? karena warung tersebut diisukan memakai lemak babi, angsiu atau karena warung tersebut adalah waralaba dari asing atau karena hal lain?

Itu satu hal. hal lainnya adalah sertifikasi halal dan haram diterbitkan oleh satu lembaga yang kurang bisa dipercaya. sudah menjadi rahasia umum di negeri ini bahwa semua hal yang berhubungan dengan uang (baca: suap) kenapa mayoritas muslim menyerahkan sepenuhnya urusan syurga (dalam hal ini soal halal dan haram suatu produk) kepada orang-orang yang kurang bisa dipercaya? kenapa??

Dan ternyata saya baru tau, kalau soal sertifikasi halal dan haram untuk sebuah restaurant itu memang tidak diwajibkan. ya tidak diwajibkan., sehingga tak ada keharusan sebuah warung untuk mencantumkan produknya halal. ilmu ini baru saya ketahui dalam sebuah event talkshow di restauran solaria di plasa semanggi.

Menurut Dedy siapa gitu, manager pemasaran solaria, sebenarnya solaria sekarang ini sedang mengurus sertifikasi halal tersebut hanya belum selesai, masih antri. pengurusan sertifikat ini sebenarnya sudah lama. laki-laki ini menambahkan bahwa semua bahan yang disajikan di restoran solaria berasal dari bahan-bahan yang halal.

Masih menurut dia, sangat naif seandainya solaria dalam menyajikan masakannya dicampur dengan barang-barang halal karena solaria memahami, mayoritas penduduk indonesia adalah muslim seingga hal itu sangat tidak mungkin dilakukan.

Solaria dalam menyajikan makanannya selalu dalam keadaan fresh. solaria adalah bukan restaurant fast food, tapi freshfood. dan tentang kehalalnya bisa disimak via tv one yang membahas tentang kehalalan restaurant indonesia:http://video.tvonenews.tv/arsip/view/75091/2013/09/27/sertifikasi_halal_restoran_indonesia.tvOne

Jadi kita tidak bisa menuntut kehalalan suatu warung untuk mengurus sertifikasi halal. namun cara terbaik adalah mendidik diri kita sendiri melalui nurani yang kita miliki apakah kita yakin makanan tersebut halal atau haram. dan bukan mempercayakan kepada orang lain yang tidak kita kenal sama sekali.

Toh kalau mau curang, sebah warung yang memasang sertifikat halal di pintu depan pun kalau mereka jahat bisa saja makanan yang disajikan tidak halal. begitu juga sebuah warteg yang selama ini kita tak pernah mempertanyakan kehalalan masakan yang dijual. apakah kita tahu kalau misalnya, ini misalnya kalau ayam yang disembelih tidak atas nama Tuhan dan seterusnya dan seterusnya, tidak ada habisnya.

Jadi mari kita menjadi pembeli yang cerdas, tidak mudah terporovokasi dan mudah emosi. tetaplah cool dan fun!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar